Senin, 01 Oktober 2012


Pernaungan dalam Tiga Permata


Ketika kita hendak menjadi umat Buddha secara formal, 
langkah pertama adalah menyatakan bernaung kepada Tiga 
Permata (Tiratana): Buddha, Dharma, dan Sangha. Itu 
adalah suatu ungkapan keyakinan dan tekad untuk menjalani
 jalan Buddha. Sejak masa kehidupan Buddha, dengan 
menyatakan Tiga Pernaungan ini, seseorang dikatakan 
menjadi pengikut Buddha.


MENGAPA BERNAUNG?

Jika kita mengamati dunia ini dengan cermat, kita akan 
melihat banyak kesakitan, penderitaan, dan keputusasaan 
yang dialami semua makhluk. Kita akan mencari jalan untuk 
menghentikan semua kondisi yang menyengsarakan ini, 
seperti seorang pengelana yang terperangkap dalam badai 
mencari tempat pernaungan. Jika dia menemukan tempat 
bernaung yang kokoh dan aman, dia akan memanggil orang 
lain yang juga bergelut dalam badai untuk turut bernaung. 
Begitu pula, seseorang memilih menjadi pengikut Buddha 
ketika dia mengerti siapa Buddha itu dan bagaimana Tiga 
Permata dapat menyediakan jalan untuk mengakhiri 
penderitaan. Terdorong rasa Welas Asih, dia juga mendorong
 orang lain untuk berbuat yang sama.


Buddha, Dharma, dan Sangha dikenal sebagai Tiga Permata 
karena mereka mewakili sifat-sifat yang luar biasa dan tak 
ternilai. Begitu kita menyadari sifat-sifat unik ini, setelah 
melakukan pertimbangan secara hati-hati, dan yakin bahwa 
Tiga Permata dapat membawa kita pada Kebahagiaan Sejati 
dan Pencerahan, kita menyatakan bernaung di dalam-Nya. 
Oleh karena itu, ini bukan hanya keimanan belaka, namun 
dengan sikap pikiran terbuka dan semangat bertanya, kita 
mulai menjalankan ajaran Buddha.


BUDDHA

Kata "Buddha" berarti 'Yang Tercerahkan Sepenuhnya' atau 
'Yang Sadar'. Ini adalah julukan yang diberikan kepada 
mereka yang telah mencapai Pencerahan Sempurna. 
Pengikut Buddha mengakui Buddha sebagai perwujudan 
Moralitas tertinggi, Konsentrasi terdalam, dan Kebijaksanaan
 sempurna. Buddha juga dikenal para pengikut-Nya sebagai
 "Yang Sempurna" karena Ia telah membasmi segala 
keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin, telah 
mengatasi semua tindakan buruk, mengakhiri segala 
penderitaan di dalam dirinya.


Buddha adalah sosok yang tercerahkan sepenuhnya karena 
Ia telah menyadari Kebenaran dan melihat segala sesuatu 
sebagaimana adanya. Melalui Kebijaksanaan-Nya yang 
sempurna, Ia mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak 
baik bagi setiap orang. Karena Welas Asih-Nya, Ia 
menunjukkan kepada kita jalan menuju Kebahagiaan Sejati.
Perilaku teladan, Kebijaksanaan sempurna, dan Welas Asih 
tanpa batas Buddha membuat-Nya menjadi guru yang luar 
biasa. Dengan cara-cara piawai, Ia mampu menggapai para 
pengikut-Nya sehingga mereka dapat memahami ajaran-Nya.


BUDDHA SEBAGAI DOKTER

Pernaungan dapat diumpamakan sebagai dokter, obat, dan 
perawat bagi orang sakit yang perlu disembuhkan. Kita ini 
ibarat orang sakit karena terjangkit penyakit situasi tidak 
memuaskan dalam hidup. Untuk mencari pemecahannya, 
kita berkonsultasi kepada dokter yang piawai, yaitu Buddha, 
yang mendiagnosis penyebab penyakit kita, sikap pengusik, 
dan tindakan kacau yang telah ketika perbuat di bawah 
pengaruh penyakit itu. Kemudian Ia meresepkan obat, yaitu 
Dharma, ajaran-Nya, mengenai bagaimana mencapai 
Pencerahan.



DHARMA

Buddha mengajarkan Dharma (ajaran mengenai Kebenaran 
segala sesuatu) semata-mata karena rasa Welas Asih-Nya 
kepada semua makhluk yang menderita dalam siklus 
kelahiran dan kematian. Oleh karena itu, Dharma diajarkan 
tanpa motif kepentingan diri. Dharma diajarkan dengan baik,
 sepenuhnya baik, bersifat murni, dan terang bagai cahaya 
yang mengenyahkan kegelapan. Dharma yang dipelajari dan 
dijalankan akan membawa banyak manfaat, baik saat ini 
maupun masa yang akan datang.


Dharma adalah ajaran tentang sifat-sifat alami kehidupan. 
Ajaran utama Buddha ini dimuat dalam kumpulan naskah 
yang disebut Tipitaka. Tipitaka terdiri dari ceramah-ceramah
 yang disampaikan Buddha (Sutta Pitaka), aturan disiplin 
monastik (Vinaya Pitaka), serta filsafat dan psikologi Buddhis
 (Abhidhamma Pitaka).


Kita dapat mengetahui tentang Dharma dengan membaca 
naskah suci. Kita juga dapat belajar dari tulisan dan 
penjelasan guru-guru yang berkualitas. Begitu kita telah 
membiasakan diri dengan Dharma melalui membaca dan 
mendengar, kita harus merealisasikan Kebenaran tersebut 
bagi diri kita sendiri dengan jalan mempraktikkannya. Ini 
berarti memurnikan perilaku dan mengembangkan batin kita
 sampai ajaran tersebut menjadi bagian dari pengalaman kita
 sendiri.



DHARMA SEBAGAI OBAT
Kita harus mempraktikkan Dharma, yang diumpamakan 
sebagai obat yang diresepkan Buddha kepada kita untuk 
mencapai Pencerahan. Tidaklah cukup hanya mendengarkan
 Dharma, kita harus dengan aktif menerapkannya dalam 
kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan kita dengan 
orang lain. Ini berarti kita harus berusaha berperhatian 
murni dan sadar ketika sikap yang mengganggu muncul. 


Kemudian, kita menggunakan obat yang membuat kita dapat 
mengamati situasi yang sesungguhnya. Jika orang sakit 
punya obat tetapi tidak meminumnya, orang itu tidak akan 
sembuh. Begitu pula, bisa jadi kita punya tempat pemujaan 
megah dan perpustakaan lengkap berisi buku Dharma di 
rumah, tetapi jika kita, misalnya, tidak dapat menerapkan 
kesabaran ketika bertemu dengan orang yang mengesalkan 
kita, berarti kita kehilangan kesempatan langsung untuk 
mempraktikkan Dharma.


SANGHA

Sangha adalah komunitas para biarawan dan biarawati yang 
menjalani kehidupan teladan, yang berlatih pandangan cerah
 terhadap sifat sejati segala sesuatu. Kehidupan dan 
pencapaian mereka menunjukkan kepada yang lain bahwa
 kemajuan dalam jalan Pencerahan adalah suatu hal yang 
memungkinkan.


Selain itu, umumnya Sangha juga merujuk pada empat 
kelompok, yaitu biarawan (bhikkhu), biarawati (bhikkhuni), 
pengikut awam pria (upasaka), dan pengikut awam wanita 
(upasika), walaupun "Sangha" biasanya dimaksudkan untuk 
merujuk biarawan dan biarawati yang telah melepaskan 
kehidupan keduniawian untuk berlatih dan mengajar 
Dharma sepanjang waktu.




 Bhikkhu dan bhikkhuni dihormati
 karena perilaku mereka yang baik dan pengalaman mereka 
dalam praktik spiritual. Mereka juga dihormati karena 
ketekunan, perhatian murni, dan ketenangan mereka. 
Bijaksana dan terpelajar, mereka dapat menjadi guru 
Dharma, bagai sahabat terpercaya yang mengilhami kita 
sepanjang jalan praktik.


Pengikut awam menerima Empat Kebenaran Mulia dan 
ajaran-ajaran Buddha lainnya, serta mencari Kebahagiaan 
dan Pencerahan sebagai tujuan umum dalam kehidupan 
mereka. Mereka juga memegang teguh nilai-nilai moral. Oleh
 karena itu, seorang pengikut Buddha juga dapat meminta 
bantuan dan saran kepada pengikut lainnya kala diperlukan.


SANGHA SEBAGAI PERAWAT

Anggota Sangha itu seperti perawat yang membantu kita 
untuk meminum obat Dharma. Perawat mengingatkan kita 
ketika kita lupa pil mana yang harus diminum. Jika kita 
kesulitan menelan pil yang besar, perawat akan memecahkan
 pil besar menjadi potongan-potongan kecil untuk kita. 
Begitu pula, ketika kita bingung, Sangha akan membantu kita
 dalam menjalankan Dharma dengan benar. Praktisi yang
 lebih berpengalaman dari kita dapat menjadi sahabat 
spiritual yang dapat membantu kita.


PERJALANAN MENUJU PENCERAHAN

Untuk lebih memahami gagasan pernyataan pernaungan, 
bayangkan seorang pelancong yang ingin mengunjungi 
sebuah kota yang jauh dan tidak pernah dikunjunginya. Dia 
akan membutuhkan penunjuk jalan, sebuah jalan untuk 
ditelusuri, dan bahkan teman seperjalanan. Pengikut Buddha
 yang berusaha mencapai Kebahagiaan Sejati dan 
Pencerahan adalah seperti pelancong ini. Buddha adalah 
penunjuk jalannya, Dharma adalah jalannya, dan Sangha 
adalah teman seperjalanannya.


PERNYATAAN PERNAUNGAN

Ungkapan paling sederhana bagi niat seseorang untuk 
menyatakan Tiga Pernaungan (Tisarana) kepada Tiga 
Permata adalah dengan mengulang kalimat-kalimat berikut 
sebanyak tiga kali:


Aku bernaung kepada Buddha. 
Aku bernaung kepada Dharma. 
Aku bernaung kepada Sangha.


Kalimat-kalimat ini dapat diuncarkan sendirian di depan 
citra Buddha atau mengulang baris demi baris setelah 
bhikkhu/bhikkhuni mengucapkannya. Upacara formal ini 
sangatlah sederhana, tetapi komitmen dalam hati kitalah 
yang betul-betul bermakna. Seorang pengikut Buddha dapat 
mengulang Tiga Pernaungan setiap hari untuk mengingatkan 
dirinya bahwa dia telah membuat komitmen untuk mencapai 
Kebahagiaan Sejati dan Pencerahan melalui panduan dan 
inspirasi dari Tiga Permata.


MANFAAT PERNYATAAN PERNAUNGAN

Menyatakan Tiga Pernaungan adalah langkah pertama dalam 
jalan menuju Pencerahan. Setelah itu, melalui perilaku 
moral, pengembangan batin, dan kendali diri, Kebijaksanaan 
dan Welas Asih dapat dicapai. Bahkan jika Pencerahan tidak 
tercapai dalam kehidupan ini, seseorang yang menyatakan 
pernaungan kepada Tiga Permata dapat dikatakan memiliki 
kondisi yang menguntungkan untuk bertemu dengan Tiga 
Permata lagi, yang akan membantu pencapaian Pencerahan 
pada kehidupan-kehidupan selanjutnya
sumber;Ehipassiko Foundation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar