Senin, 01 Oktober 2012


Lima Disiplin Moral

Lima Disiplin Moral (Lima Sila) merupakan rekomendasi yang diberikan oleh Buddha, disarankan untuk dijalani oleh kita yang berniat untuk menjalani kehidupan yang damai sembari bersumbangsih bagi kebahagiaan keluarga dan masyarakat. Lima Sila dilaksanakan secara sukarela oleh penganut awam Buddha. Lima Sila bukanlah perintah yang harus dipatuhi dengan membuta. Lima Sila membentuk basis moralitas universal dalam aspek Disiplin Moral (Sila) dari Jalan Mulia Beruas Delapan, yang sangat penting dalam praktik awal jalan Buddhis.

APAKAH SILA MERUPAKAN PERATURAN TETAP?

Menaati Sila secara membuta tanpa Kebijaksanaan dan pemahaman tidaklah disarankan. Lima Sila seharusnya tidak dilekati secara membuta tanpa mengindahkan keadaan sekitar; kadang ada kejadian-kejadian pengecualian ketika dengan melaksanakan Sila malah akan menciptakan lebih banyak penderitaan bagi pihak lain, jadi tidak bijaksana. Pada keadaan semacam ini, Lima Sila terpaksa "dilanggar". Sebagai contoh, kita mungkin terpaksa berbohong demi menolong seseorang yang berada dalam bahaya. Ini memang jadi "melanggar" Sila Keempat yang menyatakan untuk tidak berbohong. Kapan pun Lima Sila terpaksa "dilanggar", itu semestinya demi kesejahteraan makhluk lain, bukan demi keuntungan egoistis.

APAKAH MANFAAT SILA ITU?

Buddha pernah mengatakan kepada seorang pendeta bahwa lebih baik "mengorbankan" perilaku buruk kita dengan menjalankan Lima Sila daripada membunuh hewan untuk "dikorbankan kepada dewa-dewa". Ia mengajarkan bahwa dengan menjalankan Lima Sila, tidak saja kita bersyukur atas berkah-berkah yang sekarang diperoleh, tetapi juga meningkatkan kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan dan berkah pada masa yang akan datang. Seseorang yang dengan penuh perhatian menjalankan kelima petunjuk latihan ini akan menemukan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung tidak akan membawa masalah baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

APAKAH LIMA SILA SULIT DIJALANKAN?

Lima Sila tidak pernah dimaksudkan untuk membatasi kebebasan; Lima Sila justru melindungi kita dan makhluk lain sepanjang dijalani dengan baik. Melanggar salah satu dari Lima Sila bukan berarti dosa yang tak terampuni-itu dipandang sebagai tindakan yang kurang piawai karena kurangnya Kebijaksanaan. Pada awalnya, pengikut awam mungkin mengalami kesulitan untuk menjalankan Lima Sila secara lengkap dan sinambung, tetapi hendaknya kita tidak putus semangat. Bahkan jika kita hanya mampu menjalankan satu atau dua Sila dengan baik, kita telah meletakkan pondasi untuk kebahagiaan pada saat ini dan yang akan datang. Setiap hari kita bisa membuat pengingat tekad menjalankan Sila untuk mengingatkan kita akan cara hidup ideal yang seharusnya dijalankan. Kita harus berusaha semampu mungkin untuk mencapai keadaan yang ideal ini. Dengan melakukan hal itu, kita akan menemukan kedamaian batin dan lebih mudah menghadapi dunia ini. Kita harus ingat bahwa sekalipun saat ini kita tidak sempurna, namun kita semua dapat berjuang menuju kesempurnaan.

BAGAIMANA CARA MENJALANKAN LIMA SILA?

Untuk mengungkapkan tekad kita untuk menjalankan Lima Sila, pengikut Buddha bisa menguncarkan Lima Sila di hadapan citra Buddha atau mengikuti pengucapan bhikkhu atau bhikkhuni. Penerimaan Lima Sila biasanya dilakukan setelah pernyataan Tiga Pernaungan.

APAKAH ADA ATURAN MORAL LAINNYA?

Semua aturan moral Buddhis lainnya, termasuk Delapan dan Sepuluh Sila (aturan moral untuk pengikut awam dalam pelatihan dan retret), aturan moral untuk bhikkhu atau bhikkhuni, dan Sila Bodhisatta (aturan moral untuk menolong sebanyak mungkin makhluk lain) adalah perluasan dari Lima Sila.

SILA PERTAMA

Menghargai kehidupan:
tidak membunuh; melindungi kehidupan.
Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan pembunuhan (jadi aku akan melatih Welas Asih dengan melindungi dan menguntungkan semua kehidupan).
Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh penghancuran kehidupan, aku berusaha mengembangkan Welas Asih dan melindungi kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (melindungi alam). Aku bertekad untuk tidak membunuh atau menganiaya, untuk tidak membiarkan orang lain melakukan hal itu, dan untuk tidak mendukung tindakan yang melukai jasmani atau batin.

SILA KEDUA

Menghargai milik orang lain:
tidak mencuri; bermurah hati.
Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil yang tidak diberikan (jadi aku akan melatih Kedermawanan dengan berbagi dan memberikan kekayaan materi dan spiritualku).
Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi, ketidakadilan, pencurian, dan penindasan, aku berusaha mengembangkan Cinta Kasih demi kesejahteraan semua makhluk. Aku akan melatih Kejujuran dan Kedermawanan dengan berbagi kekayaan, waktu, tenaga, perhatian, memberikan semangat, dan sumber daya lain, khususnya pemberian Kebenaran bagi yang membutuhkannya. Aku bertekad untuk tidak mencuri apa pun (termasuk waktu, misalnya dengan terlambat atau tidak bertanggung jawab saat bekerja) yang menjadi milik orang lain. Aku akan menghargai milik orang lain dan milik umum, dan mencegah orang lain mendapatkan keuntungan di atas penderitaan makhluk lain.

SILA KETIGA

Menghargai hubungan pribadi:
tidak memanjakan indra; berkecukupan.
Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pemuasan indria (khususnya perbuatan asusila, jadi aku akan melatih kecukupan hati dan menyalurkan tenagaku untuk pengembangan spiritual)
Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan asusila, aku berusaha mengembangkan rasa tanggung jawab dan melindungi keamanan dan keutuhan pribadi, pasangan, keluarga, dan masyarakat. Aku bertekad untuk tidak terlibat hubungan seksual tanpa cinta, tanggung jawab, dan komitmen jangka panjang. Untuk memelihara kebahagiaan diriku dan orang lain, aku akan menghargai komitmen orang lain. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi anak-anak dari penyalahgunaan seksual dan mencegah pasangan dan keluarga dari perpecahan akibat perbuatan asusila.
Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh pemanjaan indria, aku juga tidak akan lalai sampai memanjakan indra-indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba, dan/atau pemikiran dalam kenikmatan indria (seperti pertunjukan, musik, makanan, seks, dan sebagainya), supaya aku tidak keluar dari jalan pengembangan diri.

SILA KEEMPAT

Menghargai Kebenaran:
tidak berbohong; jujur.
Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengatakan ucapan yang tidak benar (dan ucapan tidak berguna lainnya, jadi aku akan melatih untuk berkomunikasi secara positif).
Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh ucapan yang tidak terjaga dan ketidakmampuan mendengarkan orang lain, aku berusaha mengembangkan ucapan yang penuh kasih, serta mendengarkan orang lain agar membawa sukacita dan kebahagiaan bagi mereka dan membebaskan mereka dari penderitaan mereka. Aku akan berkata jujur dengan perkataan yang membangkitkan kepercayaan diri, kegembiraan, dan harapan. Aku bertekad untuk tidak menyebarkan berita, mengkritik, atau mengutuk sesuatu yang tidak kuketahui dengan pasti. Aku akan menahan diri tidak mengucapkan perkataan yang dapat menyebabkan perpecahan atau perselisihan dalam keluarga atau masyarakat. Aku akan berusaha mendamaikan dan memecahkan masalah, besar ataupun kecil.

SILA KELIMA

Menghargai kesejahteraan batin dan badan:
tidak meminum minuman keras; berperhatian murni.
Aku bertekad melatih diri untuk menghindari minuman keras dan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran (jadi aku akan lebih sehat dan tidak akan melanggar sila-sila karena hilangnya kesadaran).
Menyadari penderitaan yang disebabkan oleh konsumsi zat yang melemahkan kesadaran, aku berusaha mengembangkan kesehatan badan dan batin bagi diriku, keluargaku, dan masyarakat dengan melatih makan, minum, dan mengkonsumsi dengan berkesadaran. Aku bertekad untuk tidak mengkonsumsi alkohol atau senyawa yang menyebabkan kecanduan, atau mencerna makanan yang mengandung unsur negatif. Aku akan mengembangkan kesadaran, perhatian, dan kejernihan pikiran. Aku menyadari bahwa merusak badan dan batin dengan racun-racun itu akan membawa kemunduran bagi keluarga dan masyarakat. Aku akan berusaha mengubah kekerasan, ketakutan, kemarahan, dan kebingungan dalam diriku dan masyarakat dengan menyeimbangkan badan dan batin. Aku paham bahwa diet yang tepat sangatlah penting bagi perubahan positif pada diriku dan masyarakat, serta kemajuan dalam pengembangan batin.
(Aturan ini kadang ditafsirkan sebagai penghindaran sepenuhnya dari zat yang memabukkan atau sebagai dibolehkannya penggunaan minuman keras sejauh tidak terjadi pemanjaan indria atau kerusakan kesehatan atau kesadaran. Pengamanan terbaik adalah penghindaran sepenuhnya, yang akan menopang kesadaran untuk melakukan empat Sila lainnya).
sumber;;Ehipassiko Foundation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar