Yang Merupakan Ajaran Sang Buddha
Oleh:
Bhagavant.com
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa
”Ada
kemungkinan, bahwa di antara kalian ada yang berpikir: ‘Berakhirlah kata-kata
Sang Guru; kita tidak mempunyai seorang Guru lagi.’ Tetapi, Ananda, hendaknya
tidak berpikir demikian. Sebab apa yang telah Aku ajarkan sebagai Dhamma dan
Vinaya, Ananda, itulah kelak yang menjadi Guru-mu, ketika Aku pergi.”
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)
(Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya 16)
Dewasa
ini banyak di antara kita yang dibingungkan oleh kehadiran kelompok-kelompok
yang mengajarkan suatu ajaran dengan mengatasnamakan Buddhisme. Banyak
pertanyaan yang dilontarkan seperti : Apakah kelompok ini adalah salah satu
aliran Buddhisme ? Apakah aliran ini merupakan aliran sesat ? Apakah ajaran ini
merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha ? Dan sebagainya.
Dari
kebingungan tersebut timbul sebuah pertanyaan : Bagaimana kita membedakan mana
yang merupakan ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha dengan mana yang bukan ?
Apakah Sang Buddha pernah memberikan petunjuk untuk menangani masalah ini ?
Jawabannya ya, Sang Buddha telah memberikan petunjuk untuk menangani masalah
ini.
Di
bumi ini tidak ada Guru lain seperti Sang Buddha. Sang Buddha adalah Guru yang
penuh dengan ketelitian, memiliki kecermatan, dan pandangan luas ke depan. Di
saat-saat menjelang Parnibbana, sebelum Ia Parinibbana, Ia sudah mempersiapkan,
dan memastikan secara benar kesiapan, keutuhan apa yang telah Beliau temukan
dan Beliau rintis yaitu keberadaan Dhamma, Vinaya, dan Sangha. Beliau
mengatakan bahwa yang menggantian Beliau setelah Ia tiada bukanlah salah satu
siswa UtamaNya, bukan Y.A. Maha Kasappa yang ahli dalam latihan, bukan Y.A.
Upali yang ahli dalam Vinaya, dan bukan juga Ananda yang merupakan Bendahara
Dhamma. Tetapi yang menggantikan Beliau sebagai Guru bagi para siswaNya adalah
Dhamma (ajaran) dan Vinaya (tata tertib). Selain untuk menghindari perselisihan
, hal ini ditetapkan juga untuk menghindari pengkultusan individu di masa yang
akan datang yang akan menimbulkan kemelekatan pada diri seseorang, dan ini akan
mengganggu pencapaian seseorang.
Dengan
demikian setelah Sang Buddha parinibbana sampai sekarang tidak ada pengganti
diriNya selain Dhamma dan Vinaya.
Lebih
jauh seseorang mungkin akan bertanya, ”Bagaimana kita mengetahui dan memastikan
bahwa Dhamma dan Vinaya yang kita pelajari sekarang adalah Dhamma dan Vinaya
yang di ajarkan oleh Sang Buddha?” Pertanyaan kritis ini sangat penting karena
akan menepis kepercayaan membuta terhadap suatu ajaran.
Jauh
sebelum Sang Buddha Parinibbana, Ia juga telah memberikan batasan mengenai
apa-apa saja yang termasuk dalam Dhamma dan Vinaya. Hal ini berguna untuk
membedakan mana yang merupakan ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan, yang
mana Dhamma dan yang mana Vinaya.
Dalam
Paticchanna Sutta (Anguttara Nikaya III.129), Sang Buddha menjelaskan
kepada para bhikku mengenai ciri dari Dhamma dan Vinaya yang dapat dilihat dari
penampilan dan penyampaiannya.
“Tiga
hal ini, para bhikkhu, dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka. Apakah
tiga hal itu? Bercinta dengan wanita, para bhikku, dilakukan secara
tersembunyi, bukan secara terbuka; mantra para brahmana, para bhikkhu,
dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka; pandangan salah, para
bhikkhu, dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka. Itulah tiga hal,
para bhikkhu, yang dilakukan secara tersembunyi, bukan secara terbuka.”
“Tiga
hal ini, para bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara tersembunyi.
Apakah tiga hal itu? Lingkaran rembulan, para bhikku, bersinar secara terbuka,
bukan secara tersembunyi; lingkaran matahari, para bhikkhu, bersinar secara
terbuka, bukan secara tersembunyi; Dhamma dan Vinaya yang disampaikan oleh
Tathagata, para bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara tersembunyi.
Itulah tiga hal, para bhikkhu, yang bersinar secara terbuka, bukan secara
tersembunyi.”
Selanjutnya
dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan
kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:
“Bila,
Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: ‘Hal-hal ini menuju pada nafsu,
bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada
pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada
memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka
berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan
semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan’ – tentang
hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: ‘Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah
Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.’”
“Tetapi,
Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: ‘Hal-hal ini menuju pada
tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan;
pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan
pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada
kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada
kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah’ – tentang hal-hal
ini engkau bisa merasa pasti: ‘Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah
Ajaran Sang Guru.’”
Begitu
juga dalam SatthuSasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha
menjelaskan kepada Y.A. Upali :
“Upali,
jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: ‘Hal-hal ini tidak membawa
menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju
pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana’ – dari ajaran-ajaran
seperti itu engkau bisa merasa yakin: ‘Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini
bukan Ajaran Sang Guru.’”
“Tetapi
Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: ‘Hal-hal ini membawa
menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju
pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana’ – dari hal-hal semacam
itu engkau bisa merasa yakin: ‘Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang
Guru.’”
Dari
petunjuk Sang Buddha berupa kriteria Dhamma dan Vinaya dalam Paticchanna Sutta,
Gotami Sutta maupun SatthuSasana Sutta kita bisa melihat, menganalisa, meneliti
secara hati-hati terhadap berbagai macam ajaran yang kita temui dewasa ini,
sehingga kita bisa menemukan mana yang bukan ajaran Sang Buddha (yang
menyimpang dari ajaran Sang Buddha), dan mana yang merupakan ajaran Sang
Buddha.
Misalnya,
ketika kita menemukan sebuah ajaran yang diajarkan secara sembunyi-sembunyi,
dirahasiakan dan dengan syarat-syarat tertentu sehingga hanya beberapa
orang saja yang boleh mengetahuinya, maka mengacu pada
Paticchanna Sutta, ajaran tersebut bukanlah Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan
oleh Sang Buddha, dan kita bisa menghindari atau menolak ajaran seperti itu.
Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan oleh Sang Buddha tidaklah diajarkan secara
sembunyi-sembunyi, tidak di rahasiakan, tetapi Dhamma dan Vinaya
diajarkan secara terbuka, terang benderang sehingga semua kalangan dapat
mengetahuinya.
Atau
suatu ketika kita menemukan sebuah ajaran yang mengajarkan untuk membunuh
dengan alasan tertentu, kita bisa menjadikan penjelasan Sang Budda dalam Gotami
Sutta dan SatthuSasana Sutta mengenai apa itu Dhamma dan Vinaya sebagai
panduan. Setelah kita menganalisanya, dan kita mengetahui bahwa membunuh itu
menuju pada nafsu dan tidak menuju pada pelepasan, maka ajaran yang mengajarkan
untuk membunuh tersebut bukan merupakan Dhamma dan Vinaya, bukan ajaran Sang
Buddha. Dan kita perlu menghindarinya.
Dari
apa yang disampaikan di atas, semoga kebingungan kita untuk membedakan antara
mana yang merupakan ajaran Guru Buddha atau bukan, yang merupakan Dhamma dan
Vinaya atau bukan, serta yang merupakan aliran Buddhisme atau bukan, dapat kita
ketahui dan pahami secara jelas.
"Semoga
semua makhluk bebas dari penderitaan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar