Vassa, Pavarana dan Kathina
by; Bhikkhu Khemanando
Pendahuluan
Sudah merupakan suatu kewajiban bagi
umat buddha untuk selalu melestarikan Ajaran Buddha, seperti halnya
memperingati hari-hari penting didalam Buddhasasana. Asalha Puja selalu diperingati
oleh umat Buddha setiap tahun, mengenang suatu peristiwa yang sangat langka
didunia ini. Saat itulah Buddha membabarkan khotbah pertamanya yang disebut
dengan Dhammacakkapavatthana Sutta, yang dibabarkan dikusinara kepada Panca
Vaggiya Bhikkhu atau Lima orang pertama. Saat itulah terbentuknya sangha
didalam Buddha sasana.
Vassa (berdiam dimusim hujan)
Sehari setelah diperingatinya asalha
puja sebagai hari Dhamma dan terbentuknya sangha, para bhikkhu sangha memasuki
masa vassa atau musim hujan/ rain retreat. Masa vassa disini merujuk pada musim
dimana musim tersebut para bhikkhu sangha tidak diperkenankan keluar vihara
seperti hari-hari biasa. Para bhikkhu, yang tinggal disuatu tempat dimana
mereka bertekad untuk bervassa selama tiga bulan, harus menentukan tempat itu
sebagai tempat tinggal selama vassa dengan mengucapkan kalimat dalam bahasa
pali sebagai berikut: “Imasmim Avase Imam Temasam Vassam Upema”
artinya kami akan berdiam didalam vihara ini selama tiga bulan dari musim
hujan. Jika seorang bhikkhu tinggal sendiri disuatu tempat ia harus mengucapkan
kalimat dalam bahasa pali sebagai berikut: “Imasmim
Vihare Imam Temasam Vassam Upemi” yang artinya saya bertempat
tinggal ditempat ini selama tiga bulan dari musim hujan. Para bhikkhu tidak
dianjurkan untuk mengembara selama musim ini. Apabila ada seorang bhikkhu yang
mempunyai suatu urusan yang harus ia lakukan maka ia dapat meninggalkan tempat
tinggalnya tidak lebih dari tujuh hari dan bertekad kembali pada hari tersebut.
Hal ini disebut dengan Sattahakaraniya (urusan selama tujuh harus
diselesaikan). Menurut aturan didalam Mahavagga dan Cullavagga-Vinaya
Pitaka-Tipitaka ada beberapa poin diantaranya:
1. Ingin mengunjungi orang tua yang
sakit.
2. Memberi nasehat kepada seorang
bhikkhu yang ingin lepas jubah (disrobe)
3. Ingin mencari bahan-bahan untuk
pembangunan sebuah vihara
4. Memberi sebuah kontribusi kepada
umat supaya mereka bisa berbuat kebajikan
Ini merupakan aturan yang harus
diambil oleh seorang bhikkhu jika mereka ingin meninggalkan tempat selama masa
vassa. Jika para bhikkhu meninggalkan tempat tanpa melakukan tekad untuk
kembali atau tidak kembali selama tujuh hari maka Vassanya putus. Maka bhikkhu
yang melanggar tradisi ini telah melakukan pelanggaran Dukkata.
Kronologi munculnya Vassa (berdiam
pada musim hujan)
Ada tradisi bahwa para bhikkhu
disalah satu musim tidak dianjurkan untuk mengembara atau berdutthanga, dan
diharuskan untuk tinggal disuatu tempat selama tiga bulan. Vassa yaitu berdiam
selama musim hujan. Waktu ini dihitung dari perhitungan bulan dan matahari yang
biasanya jatuh pada hari setelah bulan purnama dibulan ketujuh.
Pada saat vassa belum ditentukan
oleh Buddha sehingga para bhikkhu pada waktu itu selalu mengadakan perjalanan
jauh selama musim dingin, hujan dan panas. Mereka keluar masuk sawah, kebun dan
ladang milik petani sehingga mengakibatkan tumbuh-tumbuhan yang ditanam oleh
petani menjadi rusak dan banyak binatang yang mati. Sehingga masyarakat mencela
para bhikkhu dan membandingkan dengan pertapa-pertapa lain karena
pertapa-pertapa yang lain bisa menetap disuatu tempat ketika musim hujan tiba.
Mendengar celaan dan kritikan dari masyarakat beberapa bhikkhu menghadap Buddha
dan melaporkan kejadian ini. Pada akhirnya Buddha bersabda: “Para bhikkhu, saya
izinkan kalian untuk melaksanakan masa vassa.” Lalu para bhikkhu bertanya lagi:
“Kapan masa vassa bisa dimulai?” lalu Buddha menjawab: “Saya izinkan kalian
untuk berdiam selama musim hujan.” Para bhikkhu bertanya lagi kepada Buddha:
“Lalu berapa banyak periode kami harus mulai berdiam?” Buddha berkata: “Oh para
bhikkhu ada dua periode dalam menjalankan masa vassa. Periode pertama dilakukan
setelah bulan purnama pertama dibulan juli/asalha, jenis vassa ini disebut Purimikavassupannayika. Dan vassa jenis kedua
dilakukan satu hari setelah bulan purnama kedua atau satu bulan setelah bulan
asalha, jenis vassa ini disebut Pacchimikkavassupanayika.
Didalam Vinaya Pitaka-Mahavagga,
Vassupanayika Khandaka, Buddha bersabda : “Anujanami
Bhikkhave Vassam Upagantum Dve Bhikkhave Vassupanayika Purinimika Pacchimika
Aparajju-gataya Asalhiya Purimika Upagatantabha” yang artinya
dimusim hujan, para bhikkhu harus bertempat tinggal disuatu tempat. Selama
musim ini para bhikkhu harus mengawali dan mengakhirinya dengan sebuah upacara.
Masa vassa, menurut aliran Theravada, menentukan para bhikkhu melakukan
penyunyian disebuah vihara sesuai dengan aturan Vinaya. Masa ini dilakukan para
bhikkhu selama 3 bulan penuh.
Pavarana (mengundang untuk
memberikan nasehat)
Akhir dari vassa disebut pavarana.
Pavarana adalah hari uposatha yang sangat spesial bagi para bhikkhu, yang mana
dihari tersebut para bhikkhu mempunyai hak istimewa tidak mendengarkan
pembacaan patimokkha sila sebagaimana dibaca setiap uposatha gelap dan terang.
Pavarana ini, para bhikkhu mengundang yang lainnya untuk memberikan nasehat
kepadanya atas perbuatan-perbuatannya yang keliru. Jumlah bhikkhu yang
dibutuhkan adalah lima bhikkhu atau lebih dinamakan Sangha Pavarana. Jika
pavarana hanya dilaksanakan oleh seorang bhikkhu dinamakan Puggala Pavarana dan
jika pavarana dilakukan lebih dari seorang bhikkhu dan kurang dari lima bhikkhu
dinamakan Ghana Pavarana. Untuk melakukan upacara ini sangha biasanya berkumpul
diruang uposathagara, yang biasanya digunakan untuk pembacaan patimokkhasila.
Satu persatu dari bhikkhu tersebut mengucapkan Pavarana dalam bahasa pali
dimulai dari yang senior sampai kebhikkhu yang paling yunior. Setelah pavarana
usai, maka tibalah hari kathina yang berlangsung selama satu bulan antara bulan
Assayuja-Kattika (Oktober-November). Pada waktu dulu para bhikkhu memakai kain
Jubah (civara) dari kain-kain pembungkus mayat. Pada zaman sekarang ini para
bhikkhu bisa menerima kain atau jubah secara langsung dari umat Buddha.
Sekaligus mereka juga bisa mempersembahkan empat kebutuhan pokok para bhikkhu
atau parikkhara yaitu: 1. Civara (jubah) 2. Pindapata (makanan) 3. Senasana
(tempat tinggal) dan 4. Bhesajja (obat-obatan). Setelah masa pavarana usai maka
para bhikkhu bisa melakukan pengembaraan kembali seperti biasa. Para bhikkhu
mendapatkankan hak istimewa selama empat bulan setelah pavarana, yaitu: 1.
Berpergian tanpa membawa jubah lengkap. 2. Berpergian tanpa harus minta izin
kepada kepala vihara atau bhikkhu lain. 3. Diperbolehkan pergi selama 4 bulan
penuh. 4. Diperbolehkan makan berkelompok dalam vihara. 5. Barang yang didapat
pada saat menerima kathina dana bisa dibagi kepada para bhikkhu yang tinggal.
Kathina Dana (persembahan Jubah)
Hari kathina adalah hari bhatti umat
buddha sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada para bhikkhu yang telah
melaksanakan masa vassa. Disamping itu, ucapan terima kasih atas nasehat,
dorongan dan bimbingan untuk mengembangkan moralitas/etika. Hari kathina juga
merupakan suatu momen yang baik untuk umat buddha atau siapa saja dianjurkan untuk
melakukan perbuatan (dana) kepada sangha. Waktu ini digunakan oleh para bhikkhu
untuk mengganti jubah baru untuk menggantikan jubah lama. Buddha memberikan
izin istimewa kepada para bhikkhu untuk menerima dana kain jubah dari umat
untuk menggantikan jubah lamanya. Buddha memberikan kesempatan ini kepada
seluruh umat manusia yang sadar akan perbuatan yang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijaksanaan, keluhuran, serta kesucian buddha masih tetap dilestarikan
oleh umat manusia didunia ini. Upacara kathina ini sangat penting demi
menunjukkan kemanunggalan antara sangha dan umat. Mereka harus saling asuh,
asih dan asah demi solidaritas dan kelanggengan Buddha sasana didunia ini.
Disamping itu upacara kathina mendorong para bhikkhu supaya menjadi bhikkhu yang
baik dan taat pada vinaya (peraturan) serta mendorong umat menjadi umat yang
baik dan patuh pada sila. Ini merupakan berkah termulia bagi kita bahwasannya
kita saat ini masih bisa melakukan perbuatan bajik ini. Dan kebaikan-kebaikan
inilah yang menjadi modal utama kita untuk menentukan cita-cita luhur kita
nantinya. Ada beberapa pengertian tentang yang disebut Kathina Dana dengan
sempurna:
1. Divihara itu minimal ada 5 orang
bhikkhu yang bervassa.
2. Kelima bhikkhu itu harus memasuki vassa yang sama.
3. Harus menyelesaikan masa vassa pada waktu yang sama dan sempurna.
4. Kathina Dana harus diselenggarakan diuposathagara.
5. Pada upacara itu kelima bhikkhu yang bervassa divihara tersebut menerima persembahan kathina Dusam (kain untuk dibuat jubah kathina) yang dipersembahkan oleh umat. 6. Kelima bhikkhu itu kemudian serentak membuat sanghakamma(upacara), memutuskan siapakah yang berhak menerima jubah kathina.
2. Kelima bhikkhu itu harus memasuki vassa yang sama.
3. Harus menyelesaikan masa vassa pada waktu yang sama dan sempurna.
4. Kathina Dana harus diselenggarakan diuposathagara.
5. Pada upacara itu kelima bhikkhu yang bervassa divihara tersebut menerima persembahan kathina Dusam (kain untuk dibuat jubah kathina) yang dipersembahkan oleh umat. 6. Kelima bhikkhu itu kemudian serentak membuat sanghakamma(upacara), memutuskan siapakah yang berhak menerima jubah kathina.
Tetapi dalam hal berdana ini yang
terpenting adalah barang atau sesuatu yang akan didanakan bukan barang dari
hasil perbuatan yang tidak baik, misalnya; mencuri, merampok ataupun perbuatan
tidak baik lainnya. Dalam berdana ada tiga faktor yang perlu dipahami oleh
seorang pendana, yaitu;
1. Pubbacetana : berbahagia sebelum
memberi.
2. Muncacetana : berbahagia saat
memberi.
3. Aparaparacetana : berbahagia
setelah memberi.
Kesimpulan
Vassa, pavarana dan kathina adalah
satu ikatan yang tak terpisahkan dalam buddhasasana. Momen inilah yang bisa
mengundang umat buddha bisa melakukan suatu tindakan yang baik dan bisa
menciptakan kebahagiaan didalam kehidupannya. Dengan memahami dan mengerti arti
ketiga point tersebut, umat buddha akan selalu menunjukkan rasa bhattinya
kepada sangha dan selalu mendukung kegiatan-kegiatan mereka demi berkembangnya
Buddha sasana didunia ini. Buddha bersabda bahwa “berdana pada sangha mempunyai
nilai Dhamma yang jauh lebih tinggi dibanding dengan berdana pada seorang
Bhikkhu (punggala bhikkhu) atau pribadi Buddha sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar