PESAN DARI IBU
" Bagekan seorang ibu yang mepertaruhkan jiwanya,
melindungi anaknya yang tunggal,
demikian terhadap semua makhluk
di pancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas."
Suatu saat saya bertanya kepada ibu, “ Bu, kalo ada hari ibu dan hari anak,
kenapa tidak ada hari bapak?” kemudian ibu menjawab, “ bapakmu jarang ada di
rumah, makannya tidak ada hari bapak. Yang ada hanya bapak hari, tetangga
sebelah.!
Saya pun tertawa terpingkal-pingkal ,setelah anda membaca percakapan di atas
pasti anda tertawa. Ya itu hanya lelucon saja. Entahlah dengan anda, saya pikir
kalo hari bapak di cetuskan siap-siap saja menghadapi hari paman, bibi, nenek,
dan kakek yang akan menuntut jatah “hari” untuk mereka.
Mengingat
hari ibu, kemudian muncul dalam pikiran saya sebuah sosok yang belakangngan
sudah Nampak tua. Sorot matanya sudah mulai redup karena sudah berinjak jauh
dari usia muda. Sosok yang sudah tidak asing lagi itu adalah “ibu”.
Masih tersimpan dalam pikiran saya, saat-saat menjelang saya akan meninggalkan
rumah pertama kali untuk pergi ke tempat yang jauh dari keluarga, saat itu ibu
berpesan kepada saya; “ jadilah orang yang lebih baik dari kami. Cukup kami
saja yag seperti ini”.
Sebelum
saya pergi dari rumah, ia masih berkata, sekarang katakana “Aku harus lebih
baik” sayapun mengulangi kata-kata itu dengan halus, sayapu melangkahkan kaki
dan menjauh dari rumah itu. Itulah saat-saat pertama kali saya berpisah jauh
dari keluarga, dari teman-teman dan dari hal-hal yang begitu akhrap dengan saya
sejak kecil.
Saat
itu, saya belum benar-benar mengerti maksut dari pesan ibu. Sebagai seorang
remaja yang baru lulus SMP ,yang ada dalam pikiran saya adalah; kelak nanti
bila saya kembali, saya harus menjadi orang yang seperti ini, menjadi orang yag
seperti itu, memiliki ini…singkatnya, saya harus lebih baik dan sukses dari
mereka.
Walau
ucapan ibu itu sudah sering saya dengar dari orang-orang, tetapi saya yakin
bahwa pesan itu pasti ada maksutnya dan itu pasti berharga. Sampai suatu ketika
saya menemukan ungkapan luhur dari sang Buddha yang ada di dalan; kitab suci; kutadanta
sutta, digha nikaya, “suatu pengorbanan tertinggi dalam hidup ini adalah
melepas keduniawian (menjadi samana)…”
Tahun demi tahun berlalu, kini saya menjadi seorang samanera dalam tradisi
hidup yang sederhana. Entah ukuran orang lain, tetapi bagi saya, menimba
“harta” di dalam diri saya jalan menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.
Berangkat dari pengertian ini, saya memakai pesan ibu menjadi kata-kata
motifasi untuk menjadikan sebuah kesemangatan dalam menjalani kehidupan sebagai
seorang samana dan mengbdi semampunya kepada banyak orang. Seperti pesan ibu,”
jadilah orang yang lebih baik dari kami, cukup kami saja yang seperti ini….”
Ada perasaan bergeter bila mengingat pesan ibu yang sederhana itu. Saat
mengingat pesan itulah, dalam pikiran saya muncul pernyataan, “ ini kah cinta
kasih tanpa syarat dari orang tua?” sebagai orang tua ibu dan ayah memiliki hal
untuk tidak mengizinkan saya menjadi seorang samanera,walopun awalnya memang
tidak.
Tetapi mereka tidak melakukan hal itu. katanya sih “sak karepmu dewe”
(terserah kamu sendiri). Mereka sepenuhnya mendukung cara hidup yang saat ini
saya jalani,walopun awalnya tidak. Bahkan, saya tidak perlu mencari tau, apakah
mereka ikhlas atau tidak dengan cara hidup saya.
Sikap mereka selama ini, sudah
lebih dari cukup menjelaskan hal itu. Ibu dan ayah memberikan sebuah kebebasan
memilih menjadi apa saya kelak."Jadilah orang yang lebih baik dari kami….”
Menjadi apapun itu, bila lebih baik, ibu dan ayah siap merestui dan akan selalu
ada di dekat mu. “kalo kamu bahagia kamipun bahagia” itulah kata yg di ucapkan kepada saya.
kesimpulan;
Kadang kala kita sering tidak mau mendengarkan apa yang di katakan orang tua kita. kadang kita merasa dan bertanya; kenapa ia marah kepadA saya?. meraka sesungguhnya tidak marah tapi mereka takut terjadi sesuatu terhadap kita. mereka akan selalu berbicara dengan kita, walopun kadang dengan kata yang agak kasar, tapi sesungguhnya di situlah kasih sayang mereka, di situ menunjukkan bahwa mereka sangat peduli pada kita. kalo mereka tidak peduli pada kita, mungkin mereka akan membiarkan kita untuk melakuka apa saja. walopun melakukan hal yg salah, ia akan diam saja.
"orang yg pintar,bijak bukan mereka yg tak butuk nasehat dari orang lain, tapi orang yg pintar dan bijak ia akan selalu belajar dari orang lain, karean setiap orang yg kita jumpai pasti memiliki kelebiha yag tidak kita miliki".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar