Saat
ini, satu hal yang paling ku benci selain tampangku yang terasa pas-pasan
(
menurutku ) adalah sesuatu yang
sangat setia menyertai untuk selalu menghiasi wajahku.
Benda satu ini selalu membuatku jengkel. Memang tidak
besar tapi kadangkala dia mengajak teman-temannya untuk
gkring wajahku,
dan rasanya sungguh-sungguh menggangu. Teman yang tidak kuundang ini
namanya jerawat.
Wajahku sudah minus, ditambah jerawat di atasnya. Dengan semua hal
ini lengkaplah sudah penderitaanku. Mungkin bagi remaja sekarang jerawat ini
tidak begitu bermasalah, karena banyak dokter kulit yang tersedia, tapi bagiku,
jerawat ini tetap termasuk sebuah masalah yang bisa disebut musibah.
Pertama
rasanya jerawat-jerawat ini tidak begitu banyak, terakhir mereka menyerbu
wajahku dengan cukup ganas. Ada yang tanpa malu-malu nangkring
di pipiku, ada yang nemplok di jidatku. Bahkan yang paling
kurang ajar ada yang berani bertengger di atas hidungku.
Dan yang terakhir inilah membuatku naik pitam.
Tanpa berpikir panjang lagi dan tanpa berniat
mencari solusi untuk berdamai dengan mereka, kusingsingkan dan
bersikap perang dengan mereka. Dengan gemas kupencetlah jerawat yang kurang
ajar itu dengan semangat. Sambil menahan sakit sampai keluar air mata,musuhku ini
tetap kugencet sampai hilang. Itu pikiranku. Tapi apa hacur, ternyata jerawat
itu berhari-hari tetap nangkring dengan setia di sana.
Bahkan semakin besar dan menghitam warnanya. Terakhir jerawat tersebut bahkan
menjadi sebuah bisul di situ. Wah, lengkap sudah penderitaanku.
Jika diperhatikan apa yang terjadi pada diriku adalah hal yang
sangat wajar. Aku adalah seorang remaja, hormon pertumbuhanku mulai berubah.
Dan jerawat adalah salah satu hal yang menyertainya. Biasanya jerawat-jerawat
itu suka hilang dengan sendirinya jika dibiarkan beberapa hari kemudian.
Walaupun akan datang yang baru, tapi sesungguhnya mereka hanya numpang lewat
saja. Dan semua itu adalah hal yang alami. Tapi, pikiranku lah yang membuat
para jerawat itu adalah musuh utamaku.
Dokter yang kukunjungi mengatakan “Untung kamu cepat
kemari. Jika kamu utak-atik lagi mungkin hidungmu akan terpaksa dipotong,
karena bisa saja jerawat ini akan menjadi kanker.” Wah!! Mendengar ini aku
bersyukur hal itu tidak sampai terjadi. Jerawat yang tadinya menjadi musuhku,
sejak waktu itu aku biarkan berada di mukaku tanpa kupungut lagi uang
“kost”-nya. Dan benarlah setelah umurku bertambah maka para tamuku itupun mulai
menjauh.
Bagiku sekarang mungkin hikmah yang dapat kuambil adalah, semua
yang ada di kehidupan kita ini sesungguhnya adalah netral, dan
kitalah yang membuatnya penting atau tidak penting. Kadangkala faktor prioritas
ini bisa ke arah negatif dan positif tergantung bagaimana kita memandangnya.
Adalah sebuah kebahagiaan bisa menerima hidup ini sebagaimana apa adanya.
Karena hal yang terlihatburuk sesungguhnya itu bukanlah hal
yang terburuk. Masalah besar harus kita kecilkan, masalah
kecil harus kita hilangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar