Bagi orang yang tinggal di daerah pegunungan, mendaki gunung adalah hal yang lumprah. bahkan bagi sebagean orang yang mencari nafkah di sana, mendaki tanah yang terjang itu adalah kewajiban dan keharusan. namun persepsi menjadi lain ketika seorang pendaki datang dari tempat yang jauh dari pegunungan. karena di lingkungannya hanya ada "gunungan beton", sehingga ketika mendaki gunung yang sebenarnya, mereka menjadi bangga dan merasa hebat.
Memang, gunung adalah salah satu kekayaan alam yang menakjupkan. begitu banyak puisi, tulisan, tema lagu maupun film yang menggunakan keberadaan gunung. orang-orang dari berbagai tempat datang untuk mendaki gunung, toh para pendaki tidak pernah ciut mendaki gunung, bahkan jumlahnya semakin bertambah.
Sejak ratusan tahun yang lalu, telah bayak orang meraih prestasi mendaki gunung. mereka telah berasil di beritakan di radio, koran, majalah-majalah dan televisi. sebuah cerita-cerita juga di tulis dari petualangan itu.
mendaki gunung dengan motifasi positif tentu menjadi kegiatan yang memanfaatkan. menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestariaan alam, mendidik diri agar selalu rendah hati sehingga tidak pongah terhadap alam, melatih diri dalam kedisiplinan dan kegigihan; adalah sederetan kecil dari bayaknya motifasi positif para pendaki gunung.
Namun akan menjadi keliru bila kegiatan ini bertujuan mengharap sanjungan atau meraih gelar hebat. faktanya, setelah berhasil mencapai puncak gunung, banyak yang menjadi angkuh dan menyatakan diri, " Akulah Pendaki Gunung !!!!"
Orang-orang berfikir menaklukan gunung adalah pekerjaan yang sangat hebat. memang benar bahwa untuk mendaki gunung di butuhkan perjuanga yang gigih. tetapi menjadi salah ketika kegigihan membuat mereka angkuh. padahal, burung-burung dapat terbang di atas puncak gunung tertentu. bahkan ular dan binatang lain dapat mendaki gunung. ini sudah mereka lakukan sejak dahulu kala, dan itu bukan yang aneh. berbeda bagi manusia, berada di puncak gunung, di anggap sesuatu yang sangat luar biasa dan mengagumkan.
Tentu wajar bila manusia mendaki gunung. namun yang berbeda hanya mendaki gunung keangkuhan dan kesombongan. setelah mencapai sukses duniawi, manusia berteriak, "lihatlah, bertapa hebatnya saya. saya mampu memiliki segala-galanya." tidak cukup itu, mereka masih berteriak, " mana televisi, beritakanlah hal ini ke seluruh negeri, catatlah ini sebagai sejarah anak cucu kalian! oh, mana radio, bisikkan dan dengungkan ke setiap telinga tentang kehebatan ini. juga koran dan majalah, muatlah itu sebagai kebesaran."
padahal juga, para pendaki gunung tersebut sering membawa pemandu atau penduduk setempat. walopun pemandu tersebut banyak membatu mereka mencapai puncak, ia tidak pernak di muat apalagi tercatat di dalam buku kesuksesan.
Mendaki gunung kesombongan hanya berakibat kesengsaraan. bertapa gelisahnya orang-orang yang haus pengakuan seperti itu. kemudian dari sanalah akan muncul keangkuhan, egoisme, hawa napsu, kebencian, ketamakan, fanatisme, kepalsuan dan semua sifat-sifat buruk lainnya.
sungguh berbahaya puncak gunung kesombongan. ia membuat seseorang terpleset, bukan hanya tebingnya yang curam tetapi juga anginya yang kencang. setiap kali berada di sana, manusia akan terancam jatuh kedalam jurang penderitaan.
oleh karena itu, agar hidup tidak sia-sia, segeralah turun dari gunung kesombongan. kalopun anda masiha menyukai gunung, maka dakilah gunung kebijaksanaan.
"ORANG YG HEBAT BUKAN MEREKA YG MAMPU MELAKUKAN SEGALANYA, TAPI ORANG YG HEBAT ADALAH ORANG YG TAHU APA YANG HARUS DAN APA YG TIDAK LAYAK DI LAKUKANNYA".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar