Mengapa Memilih Menjadi Umat Buddha?
Oleh: Bhikkhu Khemanando
Natthi me saranam annam
Buddho/Dhammo/Sangho me saranam varam
Etena saccavajjena
Sotthi te hotu sabbada
Tiada pelindungan lain bagiku
Buddha/ Dhamma/Sanghalah pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga kita selamat dan bahagia
Oleh: Bhikkhu Khemanando
Natthi me saranam annam
Buddho/Dhammo/Sangho me saranam varam
Etena saccavajjena
Sotthi te hotu sabbada
Tiada pelindungan lain bagiku
Buddha/ Dhamma/Sanghalah pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga kita selamat dan bahagia
Pendahuluan
Ketika kita mengenal Buddhisme, lalu dengan dorongan batin kita
sendiri, kita belajar dengan sendiri melalui pikiran kita yang alami,
buddhisme lebih mengutamakan praktik, seperti bagaimana cara menuntun
hidup kita kearah yang benar? Dan
bagaimana cara mengubah
pikiran kita dan bagaimana cara menjaga kehidupan kita agar hidup kita
penuh kedamaian dan bebas dari penyakit setiap harinya?. Dalam kata
lain, Buddhisme selalu mengutamakan pengertian daripada menggunakan
dogma-dogma yang hanya membuat manusia itu percaya dengan membuta. Dalam
kenyataannya, kita tidak memahami Buddhisme yang merupakan sebuah
Ajaran. Jadi disini demi memahami Buddhisme ada tiga cara yaitu ; kita
dapat
mengembangkannya dengan cara berpikir (Cintamayapanna)
–dengan cara mendalami dan belajar (Sutamayapanna) serta dengan cara
melaksanakan meditasi atau mempraktekkannya (Bhavanamayapanna). Sebagai
makluk hidup kita semua mempunyai potensi untuk menjadi bahagia dan
penuh cinta kasih, dan juga punya potensi untuk menjadi menderita dan
susah bagi orang lain. Potensi-potensi tersebut ada didalam diri kita
setiap hari. Setelah kita mempelajari ajaran Buddha , maka diantara kita
yang merasakan kebesaran dan kebenaran akan ajaran Buddha, banyak yang
cukup puas dengan mengagumi ajaran itu. Penghargaan pada Buddha atau
ajaran-ajaran-Nya semata-mata belum menjadikan seorang menjadi Buddhis.
Dinegara-negara Buddhis tradisional, penduduk kevihara-vihara, mengikuti
acara ritual dan melaksanakan dhamma sebagai kebudayaan mereka, tetapi
tentunya seseorang tidak langsung menjadi buddhis hanya karena mereka
lahir dinegara buddhis. Karena buddhisme bukan suatu agama turun
temurun, bukan agama tradisi, bukan agama Negara, bukan agama orang tua
tetapi Buddhisme adalah suatu agama perbuatan. Barang siapa yang bisa
mempelajari Ajaran Buddha serta mempraktikkannya sesuai dengan Ajaran
Buddha maka dia adalah seorang Buddhis. Menjadi seorang buddhis bukan
tergantung dari semua yang diatas tetapi tergantung dari perbuatannya.
Sebagian orang juga menelusuri lebih jauh, mempelajari Dhamma dan
berusaha sekuat mungkin untuk mempraktikkannya, tapi tentunya hanya
sepanjang hal tersebut tidak berarti pengorbanan. Sebenarnya
melaksanakan Dhamma hanya, bila hal itu mudah atau bila menyenangkan,
belum menjadikan seorang menjadi buddhis. Lalu, bagaimana seorang
Buddhis itu? Seorang Buddhis adalah seorang yang telah berlindung pada
Buddha, Dhamma dan Sangha.
Pada suatu ketika ada seorang bertanya kepada Buddha; “ Bagaimana Yang Mulia, seseorang yang disebut umat awam?”
Buddha menjawab; “bila seorang telah berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha, maka mereka telah menjadi murid awam”.
Perlindungan (sarana) adalah tempat dimana seseorang menghindar dari
bahaya- jadi itu merupakan tempat yang aman, pernaungan yang aman.
Seorang buddhis melihat samsara, lingkaran kelahiran dan kematian,
sebagai bahaya dan penderitaan, dan yang paling penting seorang umat
harus bisa melihat Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai suatu tawaran
kebahagiaan dan keamanan. Dengan sendirinya dorongan untuk menjalani
Jalan hendaknya lebih dari sekadar keinginan terbebas dari roda samsara.
Hendaknya diikutkan, sesuatu yang lebih kuat dan yakin untuk dapat
merealisasi Nibbana. Keagungan akan Buddha, Dhamma dan Sangha bila
dimengerti maknanya, akan sangat menarik perhatian kita kepada mereka.
Jadi, Buddha, Dhamma dan Sangha disebut sebagai tempat perlindungan,
sebab kepadanya kita berlindung dari roda samsara; tetapi dapat dengan
tepat juga disebut Tiga Permata atau Mustika (Tiratana) sebab sebagai
permata yang berharga, keTiganya membangkitkan rasa penghargaan dan
kekaguman kita.
Buddha adalah perlindungan dalam arti Beliau
mewakili potensi pencapaian kesempurnaan manusia yang paling hakiki.
Ucapan dan tindakanNya, kasih sayangNya pada yang menderita,
kesabaranNya pada mereka yang tercampak, kebajikanNya yang tak ternoda
dan kecermatanNya; tetap sebagai contoh yang sempurna bagi kita untuk
dijadikan dasar kehidupan kita. Bila kita berniat meneladani Buddha pada
setiap aspek kehidupan kita, maka kita sebenarnya telah siap berlindung
pada Buddha, dengan demikian kita telah memberikan arah dan makna baru
bagi kehidupan kita. Karena Buddha mempunyai sebuah tujuan untuk
mengajarkan sebuah kebenaran kepada seluruh makluk dialam semesta. Dan
Beliau juga mempunyai beberapa cara untuk mengajar apa yang telah beliau
dapatkan. Ada tiga cara beliau mengajar kepada mereka yang tertarik
pada Dhamma, ketiga cara itu adalah;
1. Buddha mengajar agar mereka
yang mendengar akan dapat mengerti dan mengetahui secara mendalam apa
yang pantas untuk dimengerti dan dipahami.
2. Buddha mengajar dengan
menggunakan perumpamaan-perumpamaan, sehingga mereka yang mendengar
dapat merenungkan dan bisa melihat dhamma dengan benar
3. Buddha
mengajar dengan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang
mengikuti dan mempraktekkan Jalan (Dhamma) itu dapat memperoleh manfaat
sesuai dengan praktik mereka.
Seperti seorang pengusaha yang ingin
mendapatkan kemajuan dalam usahanya, dia harus membuat dan menerapkan
suatu prinsip lebih dahulu, sebelum dia melakukan suatu pekerjaan.
Prinsip-prinsip inilah yang menentukan apakah usaha itu akan memperoleh
kemajuan dan perkembangan atau tidak. Sebelumnya dia harus mengerti dan
mempelajari sebaik-baiknya hal-hal yang berhubungan dengan usaha yang
dijalankan tersebut. Dia harus menyelidiki kelemahan-kelemahan yang ada
dan berusaha dengan sekeras mungkin untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
tersebut bila telah diketahui penyebabnya. Disamping itu dia harus
membuat suatu perencanaan yang akan dijalankan dalam jangka waktu
tertentu. Dia hendaknya juga berusaha sebisa mungkin untuk menjalankan
pekerjaannya tersebut sesuai dengan rencana-rencana yang telah dibuat.
Maka rintangan-rintangan yang selalu menghalangi akan dapat diatasi
sedini mungkin. Dengan demikian tujuan utama perusahaan tersebut akan
mudah dicapai.
Demikian pula ketika seorang Upali yang ingin menjadi
pengikut Buddha, dia adalah seorang penganut Agama lain dan ia pergi
menemui Buddha dengan tujuan untuk berdebat denganNya dan berusaha untuk
mempengaruhi Beliau. Tetapi setelah berbicara dengan Beliau, ia sangat
terkesan dan tertarik akan penjelasan Buddha sehingga ia memutuskan
untuk menjadi pengikut Buddha, tetapi Buddha berkata kepada dia ;
“Upali, sebelum anda masuk kedalamnya, buatlah suatu penyelidikan yang
tepat terlebih dahulu. Selidikilah dan kajilah sebelum anda melakukannya
atau menyakininya. Penyelidikan adalah sangat baik bagi orang-orang
yang ternama seperti anda”.
Lalu Upali berlutut dihadapan Buddha dengan berkata ;
“sekarang saya merasa senang dan puas bahkan lebih daripada itu, ketika Yang Mulia berkata kepada saya :
“buatlah suatu penyelidikan terlebih dahulu”. Karena jika diagama-agama
yang lain setelah mengikat saya sebagai pengikutnya mereka akan
mengarak saya keliling kota dan mempublikasikan saya dimana-mana sambil
mengatakan ;
“Upali telah bergabung dengan agama kami- Upali telah
bergabung dengan agama kami”. Tetapi Yang Mulia berkata kepada saya: “
buatlah suatu penyelidikan terlebih dahulu. Penyelidikan adalah sangat
baik bagi orang-orang ternama seperti anda”.
Dalam buddhisme, suatu
pengertian adalah suatu hal yang paling penting dan pengertian
membutuhkan waktu. Jadi jangan secara impulsif terburu-buru masuk agama
Buddha. Selidikilah, sabarlah, bertanyalah dan pertimbangkanlah dengan
seksama, dan kemudian baru buat suatu keputusan. Justru dengan semua
jawaban yang Buddha berikan kepada upali menunjukkan bahwa Buddha tidak
tertarik mempunyai pengikut dalam jumlah yang banyak. Tetapi Buddha
hanya menginginkan agar orang-orang yang mengikuti AjaranNya sebagai
akibat dari penyelidikan yang hati-hati dan sebuah pertimbangan
fakta-fakta yang sangat relevan dan logistik. Bila kita memang
bercita-cita kuat untuk meneladani Buddha pada setiap aspek kehidupan
kita, maka kita sebenarnya telah siap berlindung pada Buddha, seorang
buddhis mencari perlindungan pada Buddha karena Beliaulah yang telah
menemukan Jalan Kebebasan. Dan seorang buddhis tidak mencari
perlindungan pada Buddha dengan harapan bahwa ia akan dapat diselamatkan
melalui kesucian Beliau. Buddha tidak memberikan jaminan demikian.
Karena seorang Buddha tidak dapat membersihkan kekotoran-kekotoran batin
(Kilesa) orang lain. Sebagai seorang guru, Buddha mengajar kita, tetapi
kita sendirilah yang bertanggung jawab atas kesucian diri kita. Dengan
demikian kita telah dapat memberi arah dan makna baru bagi kehidupan
kita.
Dhamma adalah perlindungan sebab memberi kita keterangan atau
penjelasan yang rinci mengenai setiap langkah dari jalan dan tentang
tujuan yang kita cita-citakan.
Istilah Sangha berarti perhimpunan
spiritual atau persahabatan spiritual, dan dalam pengertian teknis
mengacu kepada mereka semua yang telah mencapai tingkat kesucian yang
tertinggi dalam Jalan, yakni para pemenang arus (Sotapanna), yang
kembali sekali lagi (Sakadagami), yang tidak kembali lagi (Anagami), dan
Arahat. Karena mereka jauh lebih maju spiritualnya dibanding dengan
kita, maka mereka dapat sangat membantu kita dalam menunjukkan hal-hal
yang belum kita lihat atau dengan menjelaskan hal-hal yang tidak dapat
kita pahami. Disamping itu juga, kehadirannya mengisi kita dengan tenaga
dan tekad sebab pencapaian mereka memberi bukti bagi kita bahwa
pelaksanaan itu berhasil, bahwa Jalan itu benar menuntun kejalan yang
benar atau menuntun kekesempurnaan. Tetapi, dalam pengertian umum,
sangha juga berarti mereka yang melaksanakan Dhamma dengan tulus dan
bertanggung jawab, apakah dia seorang bhikkhu, bhikkhuni atau penganut
awam sekalipun. Banyak persoalan yang kita hadapi, yang tidak mesti
memerlukan orang yang Tercerahi untuk memecahkannya. Kadang-kadang kita
cukup memerlukan bantuan sahabat sesame Buddhis yang sedikit bijaksana
dan lebih berwawasan dari pada kita sendiri. Sahabat sesama Buddhis
dapat menawarkan persahabatan, ilham dan petunjuk dan pada waktu yang
sama akan memberi kita kesempatan untuk mengembangkan diri kita dengan
berbagi dan membantu mereka. Bila kita telah siap untuk berperan serta
dalam persahabatan spiritual yang positif maka secara otomatis kita juga
telah berlindung pada Sangha.
kesimpulan
Dengan demikian
perlindungan seorang Buddhis pada Tiga Perlindungan memberikan suatu
kekuatan, kepercayaan dan kepastian yang tidak bisa disamakan dengan
perlindungan-perlindungan yang lainnya. Jadi menjadi seorang Buddhis
sepantasnyalah harus berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha. Maka ia
akan mengerti akan kebijaksanaan, mengerti akan Empat Kebenaran Mulia
serta Jalan untuk mengatasinya. Inilah perlindungan yang aman,
perlindungan yang terbaik bagi seorang yang disebut Buddhis. Dengan
berlindung disini, seseorang akan terbebas dari semua penderitaan.
Sadhu………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar