dahulu kala, hidup bersahabat seorang dewa dan seekor cacing. karena sudah sangat lama tidak bertemu, sang dewa sangat rindu dan mencari di mana teman cacingnya berada. dengan kebatinanya sang dewa menerawang, " di manakah sang sahabat sahabatku, si cacing berada?" dengan susah payah, akhirnya, sang dewa menemukan sahabatnya di dalam onggokan kotoran yang mejijikan.
Sang dewa segera menghampiri tumpukan kotoran itu, dan memanggil “hai, cacing!” apakah kamu ingat aku ini sahabat mu?”.sang dewa dalam hati bertanya “alangkah buruknya hidup sahabatku ini, aku berada di surga dan dia berada di dalam tumpukan tahi sapi yang bau”. Segera sang dewa kembali sadar dalam renungannya, dan berkata pada sahabatnya “ sahabatku cacing, sekarang kita telah bertemu dan aku akan membawa mu ke alam surga. Ayolah…sahabatkau…
“ tunggu dulu!” kata si cacing, “ apa sih hebatnya alam surga yang kamu ceritakan itu? Aku sangat bahagia di sini, bersama tahi yang harum, nikmat, dan lezat ini. Terima kasih banyak!”
“ kamu tidak mengerti!” kata sang dewa, lalu dia melukiskan bertapa menyenangkanya dan gembira berada di alam surga.
“ apakah di sana ada tahi?” Tanya si cacing, to the point.
“ tentu saja tidak ada!” dengus sang dewa.
“ kalo begitu, aku ogah pergi!” jawab si cacing mantap. “udah ya!” dan si cacing mebenamkan dirinya ke dalam onggoka tahi sapi tersebut.
Sang dewa berfikir, mungkin kalo si cacing sudah melihat sendiri alam surga itu, barulah dia akan mengerti. Lalu sang dewa menutup hidungnya dan menjulukan tangannya ke dalam kotoran itu, mencari-cari si cacing. Begitu ketemu ia menariknya.
“ hei jangan gangu aku!” teriak si cacing. “tolong! Darurat! Aku di culik!” cacing kecil yang licin itu menggeliat dan meronta sampai terlepas, lalu kembali menyelam ke dalam tumpukan tahi untuk bersembunyi.
Sang dewa yang baik hati itu kembali merogohkan tangannya ke dalam kotoran, dapat!!, dan mencoba menarik sekali lagi. Nyaris bisa keluar, karena si cacing berlumuran lendir dan terus menggeliat mebebaska diri, akhirnya terlepas untuk kedua kali, dan bersembunyi lebih dalam lagi dalam kotoran. Seratus kali sang dewa mencoba mengeluarkan cacing malang itu dalam onggokan tahi. Si cacing itu begitu melekat pada tahi kesayanganya.
Akhirnya, sang dewa menyerah dan kembali ke surge, meninggalka si cacing bodoh di dalam “onggokan tahi kesayangannya”.
Perenungan;
Perubaha sering kali di anggap sesuatu yang tidak menyenangkan karena kemelekatan kita pada kondisi yang ada terasa lebih aman, nyaman dan nikmat. Selain nikmat.,………., orang tidak sadar, sering kali sikap anti perubahan ini menyebabkan kita mengalami sebuah ketertinggalan.
"MENERIMA PERUBAHAN SEBAGAI KENYATAAN TENTU AKAN MEMBANTU ANDA TERHINDAR DARI PENDERITAAN, DAN TETAPLAH BERKEMBANG DI DALAM SEBUAH PERUBAHAN, TENTUNYA PERUBAHAN YANG BAIK”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar