Kamis, 29 Desember 2011

MUSUH YANG BUKAN MUSUH





          Saat ini, satu hal yang paling ku benci selain tampangku yang terasa pas-pasan
( menurutku )   adalah sesuatu yang  sangat setia menyertai untuk selalu menghiasi wajahku.
Benda satu ini selalu membuatku jengkel. Memang tidak besar tapi kadangkala dia mengajak teman-temannya untuk
gkring wajahku, dan rasanya sungguh-sungguh menggangu. Teman yang tidak kuundang ini namanya jerawat.
      Wajahku sudah minus, ditambah jerawat di atasnya. Dengan semua hal ini lengkaplah sudah penderitaanku. Mungkin bagi remaja sekarang jerawat ini tidak begitu bermasalah, karena banyak dokter kulit yang tersedia, tapi bagiku, jerawat ini tetap termasuk sebuah masalah yang bisa disebut musibah.
Pertama rasanya jerawat-jerawat ini tidak begitu banyak, terakhir mereka menyerbu wajahku dengan cukup ganas. Ada yang tanpa malu-malu nangkring di pipiku, ada yang nemplok di jidatku. Bahkan yang paling kurang ajar ada yang berani bertengger  di atas hidungku. Dan yang terakhir inilah membuatku naik pitam.
            Tanpa berpikir panjang lagi dan tanpa berniat mencari solusi untuk berdamai dengan mereka, kusingsingkan dan bersikap perang dengan mereka. Dengan gemas kupencetlah jerawat yang kurang ajar itu dengan semangat. Sambil menahan sakit sampai keluar air mata,musuhku ini tetap kugencet sampai hilang. Itu pikiranku. Tapi apa hacur, ternyata jerawat itu berhari-hari tetap nangkring  dengan setia di sana. Bahkan semakin besar dan menghitam warnanya. Terakhir jerawat tersebut bahkan menjadi sebuah bisul di situ. Wah, lengkap sudah penderitaanku.
      Jika diperhatikan apa yang terjadi pada diriku adalah hal yang sangat wajar. Aku adalah seorang remaja, hormon pertumbuhanku mulai berubah. Dan jerawat adalah salah satu hal yang menyertainya. Biasanya jerawat-jerawat itu suka hilang dengan sendirinya jika dibiarkan beberapa hari kemudian. Walaupun akan datang yang baru, tapi sesungguhnya mereka hanya numpang lewat saja. Dan semua itu adalah hal yang alami. Tapi, pikiranku lah yang membuat para jerawat itu adalah musuh utamaku.
         Dokter yang kukunjungi mengatakan “Untung kamu cepat kemari. Jika kamu utak-atik lagi mungkin hidungmu akan terpaksa dipotong, karena bisa saja jerawat ini akan menjadi kanker.” Wah!! Mendengar ini aku bersyukur hal itu tidak sampai terjadi. Jerawat yang tadinya menjadi musuhku, sejak waktu itu aku biarkan berada di mukaku tanpa kupungut lagi uang “kost”-nya. Dan benarlah setelah umurku bertambah maka para tamuku itupun mulai menjauh.
     Bagiku sekarang mungkin hikmah yang dapat kuambil adalah, semua yang ada di kehidupan kita ini sesungguhnya adalah netral,  dan kitalah yang membuatnya penting atau tidak penting. Kadangkala faktor prioritas ini bisa ke arah negatif dan positif tergantung bagaimana kita memandangnya. Adalah sebuah kebahagiaan bisa menerima hidup ini sebagaimana apa adanya. Karena hal yang terlihatburuk sesungguhnya itu bukanlah hal yang terburukMasalah besar harus kita kecilkan, masalah kecil harus kita hilangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar